Malam ini aku keluar dari persembunyian rasa malu
Diiringi derakan kerikil
dan tiupan angin masa lalu
Sambut langkahku terengah-engah
Bumiku hitam kelam
Udaraku adalah kematian
Bahkan debu tak terima pijakan hina
Aku tak punya arti katanya
Sama seperti kepalaku yang
hilang
Tertinggal tanpa gelar
Berhenti sejenak dan menolehlah
Kenalkan namaku yang tiada
Kau boleh berdiri dibawah
lampu jalan itu
Agar kau lihat wajahku
yang layu
Atau mintalah bantuan
angin
Yang masih sudi mengantar
nafasku
Maka kau akan menemukan
Aku yang terhimpit tak be-ruang
Lalu ku dengar kata menyapaku
Sayup-sayup
Tumpang tindih
Memanggil penuh pesona
mantra cinta
Cahayanya kalahkan lampu
jalan itu
Tak bosankah kau
diamkanku?
Tanyanya tak sinis tak
benci
Tahun-tahun tak lagi
mengenal hari
Apalagi menit yang dulu
pernah kau tukar mati
Aku adalah sabda dari masa
yang terkubur
Asing ditelingamu karena
lama kau tinggal tidur
Hurufku hilang kataku
melayang
Diambil elang yang tak
pernah pulang
Biarkan..
Biarkan aku menjelma debu
Dibawa angin dan
berputar-putar di hulu
Jika kau memang ingin mati
Tak usah mengenalku lagi
Debu-debu itu tak sudi
pada pijakanku
Tapi kata-kata itu membuka
lembaran
Menjamu kepalaku
Dan duniaku yang kelam hitam
Ia memberiku nama
Mengejanya dari kasih sang
Maha Tahu
Kau adalah pencari cahaya
ujarnya
Tapi aku tersipu tak tahu malu
No comments:
Post a Comment