Nusantara

Sunday, May 11, 2014

Tarian Lalu Lalang

Ini bukan tentang belalang
Yang mencumbu ilalang
Pun tentang kunang-kunang
Yang menari dibawah bintang

Ini tentang derap-derap
Lalu lalang tegap sidekap
Tentang kaki-kaki berkurap
Pemilik hati kehilangan sikap

Lalu lalang berdansa mengajak malang
"Akanku merdekakan kalian, hai pejuang
Karena aku tak hanya lalu lalang
Aku pahlawan malam dan siang"

Lalu lalang tak punya wajah
Kadang bengis kadang ramah
Loncat sana loncat sini
Obral topeng bergigi besi

Malang tak dapat menolak
Hari ini harga-harga melonjak
Tak ada salahnya melihat lalu lalang tergelak
Siapa tahu hatinya benar tergerak

Lalu lalang menari belly
Obral kata obral janji
"Aku padamu, wahai negeri !"
Tapi mata melirik kantong sendiri

"Aghh..kantongku belum penuh
Tapi aku tak mau berpeluh
Biarkan si malang melenguh"
Lalu lalang lalu pergi jauh

Ini bukan tentang sepoi ilalang
Pun tentang kilau bintang
Ini tentang tarian basa-basi
Petahta di negeri para korupsi


Hambar

Aku diam saja ketika kau menusuk jantungku tiba-tiba. Tanpa aba-aba, tanpa perintah, tanpa pertanda apapun. Semesta seolah ikut bersandiwara bersamamu. Angin terkekeh geli karena tahu sebentar lagi kau akan menikam jantungku. Waktu hanya menyeringai, meraja, karena dialah pemilik segala rahasia. Dan bunga-bunga yang biasanya selalu setia, hanya diam menunduk tanpa berani menatap mataku. Begitu hebatkah kau?? Sehingga alam raya bersekongkol menghentikan detak jantungku?? Membuatku terbunuh tanpa darah, tanpa rasa.

Tapi bukan berarti hidupku kuserahkan begitu saja. Seperti bait membosankan sepasang kekasih. Aku membiarkan jantungku kau tikam, bukan berarti aku sama seperti dulu. Biarkan saja semesta mendukungmu kali ini..Aku terlanjur kebal dengan kebohongan alur hidup, pun kebohongan hati yang pintar bermain teka-teki.

Aku membiarkanmu menikam, karena aku adalah makhluk tanpa sisa rasa. Hambar. Maka kau kalah. Kau mendengarnya?? kau kalah dalam permainanmu sendiri. Jika sakit yang kau harap, aku terlanjur bosan, dan rasa sakit itu kehilangan perihnya. Jika bahagia yang kau pertaruhkan, ketahuilah bahagia telah kehilangan pesonanya dihari pertama kamu pergi.

Maka jangan datang lagi, karena menikamku disekujur tubuhpun, tak akan membuatku mati.